22 Juni, 2024

FAVORIT: AUTOBIOGRAPHY (2022) - MAKBUL MUBARAK



ATMOSFERIK. Akhirnya, setelah sekian lama menonton film Indonesia, kita akhirnya menemukan film dengan genre political thriller, sebuah genre yang sangat asing di kancah sinema Indonesia, itulah sebabnya film ini tidak langsung tayang di Indonesia. Autobiography (2022) bertamu ke 28 festival internasional terlebih dahulu sebelum pulang ke tanah air. 13 penghargaan internasional dan 5 penghargaan nasional dari total 36 nominasi berhasil dibawa pulang Makbul Mubarak, dkk. melalui karya film panjang perdananya, Autobiography (2022). Sebuah prestasi yang luar biasa mengingat Makbul adalah sutradara debutan di kancah sinema Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, karya-karya sutradara debutan kurang bisa disebut sebagai sebuah mahakarya. Berbeda dengan Makbul, ia berhasil menunjukkan bahwa dia sanggup menjadi seorang ‘Ayah' atas film pertama yang ia kerjakan. Film ini diambil dari keresahan Makbul yang pernah mengalami ketakutan-ketakutan terhadap suatu kekuasaan. Suatu ketakutan yang mungkin pernah dirasakan oleh kita semua. Ketakutan- ketakutan tersebut dialaminya sejak masih kecil hingga sekarang. Film ini membawa penonton kepada pertanyaan "Apakah benar kita masih dihantui?”

Premis film ini menceritakan seorang anak majikan bernama Rakib (Kevin Ardilova) yang didatangi oleh mantan majikan ayahnya yang merupakan seorang pensiunan jenderal, Purnawinata (Arswendy Bening Swara). Jend. Purna merupakan majikan dari Amir (Rukman Rosadi), ayah Rakib, yang masih dipenjara. Suatu hari, sang Jenderal datang ke Rakib dalam rangka hidup bersama Rakib sekaligus melaksanakan kampanye pemilu. Rakib secara tidak langsung bekerja di bawah pimpinan Jend. Purna. Dari sini, Rakib mulai banyak merasakan kehadiran seorang Bapak dari Sosok Jend. Purna. Rakib juga pelan-pelan mulai merasakan nikmatnya kekuasaan yang ia rasakan ketika berada di dekat Jend. Purna. Sampai suatu ketika, kenikmatan itu berubah menjadi sebuah pukulan yang sangat telak bagi Rakib. Ada pun kemungkinan maksud dari kata "autobiography" yang dipakai Makbul sebagai judul adalah Rakib sedang menjalani kisah yang pernah ditulis oleh Purna. Begitu pun sebaliknya, Purna yang sedang mencoba menduplikasi dirinya ke dalam pribadi Rakib. Kemungkinan ini dapat terlihat jelas, mengingat di dalam film ini dijelaskan dan ditampilkan beberapa adegan yang menunjukkan keterkaitan dan relasi dua tokoh yang dimaksud.

Sebelum membahas aspek terbaik dari film ini, saya ingin memuji aspek naskahnya terlebih dahulu. Makbul Mubarak, berbekal pengalaman masa kecilnya, berhasil menciptakan naskah yang brilian untuk memotret kondisi sosial-politik yang kelam ini. Ia berhasil menggali kepolosan seorang pemuda terhadap manisnya 'kekuasaan' yang baru diketahuinya. Di sisi lain, melalui karakter Jend. Purna, Makbul berhasil menunjukkan betapa bengisnya manusia jika terlalu lama menjadi aktor yang dekat dengan 'kekuasaan'. Dua sisi mata pisau ini berhasil dibenturkan dari pertengahan film hingga babak klimaks.

Selain itu, saya juga memuji bagaimana cara Makbul mengisyaratkan sesuatu melalui simbol-simbol yang dia pilih. Seperti misalnya, simbol permainan catur untuk menandakan langkah-langkah politik. Tak hanya dalam poster, Makbul memotret permainan catur antara Purna dan Rakib, yang erat kaitannya dengan 'pendidikan politik' dari Purna ke Rakib atau bahkan bisa diartikan sebagai upaya rancangan biografi yang sedang ditulis oleh Purna untuk Rakib. Selain simbol tersebut, saya juga menyukai latar tempat di babak klimaks yang mengisyaratkan sebuah peristiwa di orde baru di awal 1980'an. Tempat yang sunyi, jauh dari pemukiman, serta latar waktu malam hari dikombinasikan dengan baik untuk menegaskan makna simbol yang Makbul ciptakan. Hal lain yang saya sukai yaitu visual dan sinematografi yang berhasil menegaskan suasana seram sekaligus mencekam.

Aspek terbaik dari film ini ada pada desain suara. Desain suara di film ini merupakan desain suara terbaik yang pernah ada di film Indonesia. Film ini memiliki tajuk #SeramTanpaSetan dan tajuk itu sangat benar adanya. Makbul dengan piawai menciptakan suasana yang amat mencekam di hampir keseluruhan filmnya lewat permainan atmosferik yang dibuat dengan memanfaatkan bunyi-bunyian yang selalu ada ketika kita sedang di desa, seperti suara jangkrik, adzan di masjid, dan sebagainya. Selain karena ketakutan terhadap suatu kekuasaan di masa lalu yang membekas di kalangan masyarakat hingga saat ini, kengerian itu didukung oleh elemen suspense thriller-nya. Beberapa pergerakan kamera juga turut serta membantu menguatkan elemen #SeramTanpaSetan dalam film ini. Salah satu adegan paling ikonik tercipta di babak klimaks, sebuah babak yang dirancang dengan memuaskan oleh Makbul.

Setelah menonton ini, akan banyak yang setuju bahwa film Autobiography merupakan panggung terbaik untuk Kevin Ardilova dan Arswendy Bening Swara dari semua film yang mereka mainkan. Dua aktor ini sama-sama memenuhi segala aspek yang diperlukan sebagai Rakib dan Jenderal Purna. Kedua karakter ini begitu kuat, selalu dominan di tiap babak. Kevin begitu cakap memerankan sosok Rakib dengan karakter yang dipenuhi beban moral yang dihasilkan dari kepolosannya. Sementara, Arswendy berhasil membuat penonton yakin bahwa Jend. Purna merupakan pensiunan tentara. Ia tak perlu banyak memainkan dialog-dialog yang klise ataupun memasang wajah mengerikan untuk menghidupkan karakternya. Cukup dengan suara dan tatapan yang intimidatif, penonton akan merasa takut setiap dirinya muncul di layar. Kecakapan bermain peran tersebut sudah tampak dari adegan kopi di pembuka film ini. Sebuah adegan pembuka yang berhasil 'mendiamkan' penonton hingga film selesai.

Kevin dan Arswendy menciptakan hubungan yang luar biasa. Chemistry yang mereka tampilkan benar-benar tanpa cela. Perubahan dari ayah-anak yang mereka ciptakan di awal hingga pertengahan film dimainkan dengan begitu cair sehingga pondasi cerita dapat benar-benar kokoh. Lalu, tiba-tiba keduanya sama-sama meledak dari pertengahan film hingga babak klimaks. Jujur, Autobiography (2022) berhasil membuat dua aktor ini menyentuh penampilan terbaiknya. Saya tahu keduanya bisa mencapai titik tersebut karena kedua karakter ini memang diciptakan dengan matang sejak dalam bentuk naskah. Arswendy bahkan terlibat mulai dari penulisan naskah hingga distribusi ke festival fim internasional. Proses yang berlangsung dengan matang ini menghasilkan salah satu mahakarya terbaik yang pernah diciptakan oleh sinema Indonesia.

Catatan penghargaan yang mereka dapat selama perjalanan mengelilingi dunia adalah bukti bahwa film ini wajib dinobatkan sebagai salah satu film Indonesia terbaik untuk tahun 2022. Selain itu, gaya thriller-suspense yang dibawa Makbul merupakan suatu penyegaran bagi sinema tanah air yang belakangan ini sedang didominasi oleh genre horror klasik. Atas dua alasan itu, Autobiography (2022) merupakan film yang sangat layak disaksikan oleh penonton.

Tidak ada komentar: